Ilustrasi
Hitspali.com --Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat adanya penambahan tiga dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19. Penambahan ini menjadikan setidaknya total 130 kasus dokter yang meninggal dunia akibat infeksi Covid-19 di Indonesia.
Dilansir dari Suara.com, dari 130 dokter yang wafat, 67 orang merupakan dokter umum dengan empat dokter yang telah ditetapkan sebagai guru besar.
Selain itu ada juga 61 dokter spesialis yang empat di antaranya merupakan guru besar, dan dua orang residen. Keseluruhan dokter tersebut berasal dari 18 IDI wilayah provinsi dan 61 IDI Cabang Kota/Kabupaten.
Selain itu, kematian akibat Covid-19 lainnya pada profesi dokter gigi bertambah sembilan orang yakni enam dokter gigi umum dan tiga dokter gigi spesialis.
Sedangkan, tenaga kesehatan dari profesi perawat terdapat 92 orang yang telah meninggal dunia akibat terinfeksi virus Covid-19.
Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Ari Kusuma, SpOG(K) mengaku sangat prihatin atas kondisi di mana dokter terus berguguran.
Menurutnya, ini terjadi karena masyarakat abai terhadap pelaksanaan protokol kesehatan dan tidak peduli pada keselamatan tenaga kesehatan.
“Kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa terutama dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan,” ujar dr Ari dalam keterangan video yang diterima, Minggu (4/10/2020).
Kata dia, saat ini angka kematian dokter akibat infeksi Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia.
Padahal jumlah tenaga kesehatan terutama dokter di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 merupakan salah satu yang terendah di Asia dan dunia.
“Dengan banyaknya korban dari pihak tenaga kesehatan saat ini, maka kedepannya layanan kesehatan pada pasien baik covid maupun non covid akan terganggu karena kurangnya tenaga medis,” jelasnya.
Dr Ari menuturkan bahwa tim mitigasi PB IDI berharap masyarakat tidak menganggap remeh pandemi Covid-19.
Jika semakin masyarakat abai terhadap protokol kesehatan, maka Indonesia akan sulit melewati masa pandemi dan bukan hanya kerugian secara ekonomi namun juga korban jiwa baik tenaga kesehatan, keluarga, maupun diri sendiri.
“Pemerintah dan banyak pihak sudah gencar mengkampanyekan pentingnya protokol kesehatan, tapi jumlah kematian tenaga kesehatan terutama dokter semakin bertambah pesat. Hal ini perlu adanya peran masyarakat untuk bersama-sama menjadi garda terdepan untuk mentaati protokol kesehatan,” pungkas dia.
Sumber: Suara.com