MENDEKATI momentum pesta demokrasi lima tahunan. Terutama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada penghujung 2024 mendatang. Isu kontestasi politik itu kian merebak. Berbagai pihak pun mulai menerka-nerka. Bagaimana dan siapa sajakah figur yang akan bertarung pada pemilihan, memperebutkan tampuk kekuasaan di daerah itu. Beberapa kalangan bahkan mulai berspekulasi, memasangkan tokoh-tokoh yang menurut mereka punya kans (peluang), untuk turut menyemarakkan event politik tersebut.
Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Provinsi Sumatera Selatan, suhu politik masih dingin. Mesin-mesin politik belum menyala. Belum ada isu-isu politik yang mencuat, atau figur yang coba-coba “tes pasar”. Baik dengan sasaran kursi legislator maupun kepala daerah. Keriuhan tingkat rendah baru terjadi di “akar rumput” saja.
Hal itu, lalu mencetuskan opini publik, ada pertanyaan yang berkembang, apa benar di Bumi Serepat Serasan sedang terjadi krisis tokoh dan figur yang ideal, untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan, Bupati – Wakil Bupati PALI periode 2024 – 2029 mendatang?
Menjawab pertanyaan tersebut, kali ini penulis akan mencoba menganalisa, adakah kiranya tokoh atau politisi yang punya kans untuk berkompetisi pada Pilkada PALI 2024. Mengapa mereka cenderung senyap - tak bergerak, sedang waktu terus berjalan. Atau ada hal lain yang menyebabkan tokoh atau figur politik di PALI itu belum punya keberanian mengutarakan ambisinya?
Siapa Mereka?
Dari asumsi penulis, setidaknya ada beberapa tokoh yang bisa jadi akan ikut berkompetisi pada Pilkada PALI 2024 mendatang. Mereka adalah Devi Harianto, S.H.,M.H., Darmadi Suhaimi, S.H., Asri AG, S.H.,M.Si., Asgianto, S.T., Rizal Kenedi, S.H.,M.M., dan Irwan ST.
Penyebutan nama-nama tersebut bukan tanpa alasan. Pertama, tokoh-tokoh di atas pernah santer terdengar, punya keinginan untuk turut bertempur pada Pilkada PALI 2024 nanti. Kedua, sebagai politisi, senioritas mereka tak diragukan lagi. khususnya pada ruang lingkup Kabupaten PALI. Ketiga, meski masih berpeluang ada figur “kuda hitam” yang akan muncul, setidaknya hanya nama-nama tersebut saja yang punya kans saat ini, untuk maju pada kontesasi Pilkada mendatang.
Mendengar nama tokoh politik Devi Harianto dan Darmadi Suhaimi disebut, tentu tak asing lagi bagi masyarakat PALI. Keduanya adalah mantan Anggota DPRD PALI dua periode. Sebelumnya juga pernah menjadi wakil masyarakat Zona II (PALI sebelum pemekaran) di DPRD Muara Enim. Nyaris menumbangkan petahana Heri Amalindo - Soemardjono pada Pilkada PALI 2020 lalu, Devi dan Darmadi, disebut-sebut akan kembali bertarung pada Pikada PALI 2024 nanti.
Namun begitu, hingga saat ini belum ada informasi valid dari mereka akan kebenaran kabar itu. Juga terkait apakah akan tetap berpasangan pada 2024 nanti. Atau justru akan saling menjadi lawan. Jikapun begitu, hal ini tentu akan sangat ditentukan perolehan kursi Demokrat dan PAN -partai mereka- pada Pileg nanti. Tentunya, kepada siapa restu partai diberikan, juga akan menjadi hal yang krusial.
Nama ketiga adalah Asri AG. Ia adalah Ketua DPRD PALI saat ini. Pernah menjabat di berbagai bidang dan tingkatan pada lembaga eksekutif. Terakhir, sebelum pensiun ia adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Prabumulih. Asri sempat beberapa kali berkompetisi pada Pilkada di Kabupaten Muara Enim, namun gagal mengungguli lawannya. Ia disebut-sebut akan maju pada Pilkada PALI 2024 mendatang.
Meski demikian, sebagai kader Partai PDIP yang relatif baru, restu dari partai berlambang banteng moncong putih yang terkenal sangat mempertimbangkan loyalitas kader itu, tentu akan sangat menentukan langkah politiknya. Apakah ia nanti diberi dukungan atau justru terkendala melaju, karena ketiadaan kendaraan politik?
Selanjutnya ada Asgianto, S.T. Pemuda yang kini duduk sebagai salah satu anggota DPRD Provinsi Sumsel dari Dapil Muara Enim, Prabumulih dan PALI itu adalah kader Partai Gerindra. Dua periode menjabat sebagai legislator di DPRD Sumsel, putra PALI asal Talang Ubi itu juga disebut-sebut akan ikut maju pada Pilkada PALI 2014.
Melihat posisinya di partai, juga track recordnya sebagai kader Gerindra, jika Asgianto serius (mau maju), hampir dipastikan partai besutan Prabowo Subianto itu akan memberi restunya. Usia yang masih muda, serta belum ada “dosa politik” adalah beberapa hal yang bisa menguntungkan Asgianto, pada kontestasi Pilkada PALI nanti.
Kemudian, ada nama Rizal Kenedi (RK). Kader partai PPP yang sudah tiga periode duduk sebagai anggota DPRD Sumsel itu, sempat dua kali bermanuver untuk maju sebagai kandidat Kepala Daerah pada Pilkada PALI 2004 dan 2020 lalu, meski kemudian batal. Ia juga diprediksi akan masuk pada bursa kandidat calon Kepala Daerah PALI 2024.
Namun begitu, perolehan PPP di PALI yang hanya memperoleh satu kursi pada Pileg 2019, sedikit membuat pesimis konstituennya. Hal itu ditambah perolehan kursi di DPRD Sumsel saat ini juga hanya satu kursi, seakan membuktikan meredupnya elektabilitas PPP. Akibatnya, tentu butuh perjuangan ekstra, jika RK serius untuk maju kali ini.
Terakhir, ada nama Irwan. Pria yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua I DPRD PALI, juga merupakan legislator yang kali kedua menjadi anggota parlemen PALI. Sebagai kader partai Golkar yang saat ini memperoleh 3 kursi di DPRD PALI, cukup wajar jika ia punya keinginan untuk maju pada Pilkada PALI 2024. Apalagi ia juga tergolong politisi senior yang bercokol di bawah naungan Partai berlambang pohon beringin itu.
Hal yang Menentukan
Dari beberapa nama di atas, yang disebutkan dan diterangkan secara singkat oleh penulis, dapat disimpulkan, tentu ada banyak hal yang finalnya akan menentukan apakah mereka dapat maju berkompentisi pada Pilkada PALI 2024 atau tidak. Antara lain : tinggi atau rendahnya elektabilitas, adanya kendaraan politik (atau perseorangan), dan tersedianya biaya politik. Ketiga hal ini berlaku secara akumulatif, jika ingin menang.
Tinggi atau rendahnya elektabilitas sangat ditentukan oleh rekam jejak politik. Politisi yang punya banyak “dosa politik” tentu akan menurunkan peluangnya untuk dipilih. Seorang anggota DPRD akan dinilai oleh masyarakat, seberapa aspiratif ia ketika menjadi legislator. Bagaimana kepedulian dan cara ia merawat “akar rumput” di lumbung massa. Lalu konstituen juga akan memprediksi, seperti apa kiranya ia nanti, jika terpilih jadi Kepala Daerah. Apakah akan membawa perubahan positif atau justru menebar kemudharatan.
Adanya kendaraan politik juga, sangat berkaitan dengan tinggi atau rendahnya elektabilitas. Bagaimana mungkin sebuah partai politik akan memberi rekomendasi untuk mengusungnya, jika (menurut mereka) seorang politisi tak punya calon pemilih. Meski diberi mahar yang fantastis sekalipun. Begitu juga bila memilih jalur perseorangan. Rekomendasi yang diberikan calon pemilih, sangat ditentukan pada rasa suka atau tidak suka (like or dislike).
Lalu yang terakhir, adalah tersedianya cost politik atau biaya politik. Sudah menjadi rahasia umum, jika di Indonesia biaya politik sangatlah tinggi. Untuk menjadi calon Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, kabar-kabarnya, seseorang setidaknya harus menyiapkan anggaran Rp30 miliar bahkan lebih. Ada biaya alat peraga, ada bea kampanye, dan lain-lain, dan sebagainya. Ini pula (sebenarnya) yang membuat demokrasi kita tidak sehat. Tetapi ini adalah keniscayaan.
“Nyimak dan Ngimbang”
Dari uraian penulis secara singkat dan gamblang di atas, penulis yakin para pembaca akan mahfum, kenapa mesin politik di PALI masih dingin. Kenapa belum ada yang berani secara terang dan yakin menyatakan akan maju pada Pilkada PALI 2024. Ya, karena politik adalah ketidakpastian!
Walaupun begitu, harus pula diketahui, sesungguhnya “tes pasar” sangatlah perlu. Bagaimana mungkin calon pemilih akan memberikan respon; positif atau negatif, bila tidak tahu seorang punya ambisi untuk turut berkompetisi atau tidak.
Lalu soal pertanyaan, apakah PALI sedang mengalami krisis figur atau tokoh, yang ideal untuk menjadi kepala daerah di Kabupaten yang hanya berpenduduk 200 ribuan jiwa ini? Sebenarnya tidak juga. Kita punya tokoh-tokoh yang antara lain penulis sebutkan di atas. Namun soal ideal atau tidak, maka jawabannya akan sangat subjektif sekali. Tergantung perspektif masing-masing.
Jadi, mari kita wait and see. Di tengah kedinamisan politik negri PALI. Siapakah gerangan sang pemimpin Bumi Serepat Serasan 2024-2029 kelak?**
Penulis : J. Sadewo,S.H.,M.H. (jurnalis, advokat dan pengamat politik lokal)