Salah satu penampilan peserta di Festival Candi Bumi Ayu | Foto : HPC |
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) memang baru berdiri 10 tahun lalu, namun ternyata dibalik itu, daerah pimpinan Dr H Heri Amalindo MM memiliki peninggalan bersejarah peradaban yang luar biasa, yakni dikenal memiliki toleransi tinggi sejak abad ke-9.
PALI dikenal memiliki toleransi tinggi sejak abad ke-9 diketahui saat seminar kebudayaan pada Festival Candi Bumi Ayu di hari ketiga, Jumat 20 Oktober 2023 di pelataran kawasan candi peninggalan kerajaan Sriwijaya itu.
Pada seminar kebudayaan yang digelar Pemerintah kabupaten PALI melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bekerjasama dengan ICMI kabupaten PALI mengudang narasumber sejarawan dan budayawan, yakni Dr Sondang Siregar dan Dr A Erwan Suryanegara.
Saat narasumber membedah hasil penelitian, diketahui bahwa disekitar candi ditemukan beberapa arca yang biasa digunakan untuk beribadah oleh umat Hindu dan umat Budha.
"Penelitian candi Bumi Ayu dimulai tahun 1864 hingga tahun 2021, saat melakukan pemugaran ditemukan beberapa arca yang biasa digunakan untuk upacara peribadatan umat Hindu dan Budha," ungkap Dr Sondang Siregar salah satu narasumber.
Dengan ditemukannya arca yang biasa digunakan dua agama tersebut, Sondang Soregar menyebut bahwa di wilayah kabupaten PALI khususnya di sekitar sungai Lematang sudah menjaga toleransi beragama.
"Dengan adanya temuan itu, nenek moyang kita sudah terbiasa dengan perbedaan agama, malah dalam satu komplek. Hal inilah yang harus kita jaga agar kerukunan tetap terpelihara," imbuhnya.
Disamping memiliki toleransi tinggi, Sondang juga mengatakan bahwa pendiri candi Bumi Ayu dikenal cerdas, dalam memilih lokasi bangunan candi diatas kontur tanah yang stabil.
"Lokasi candi meski berada dekat perairan namun kontur tanah merupakan tanah lempung tidak berisi kandungan pasir bukan endapatan dengan kondisi tanah stabil. Itu menandakan bahwa nenek moyang kita yang mendirikan candi ini cerdas," sebutnya.
Ditambahkan Dr A Erwan Suryanegara bahwa dengan digelarnya seminar kebudayaan ini diharapkan generasi muda bisa menjaga cagar budaya agar tetap terpelihara.
"Kegiatan ini langkah awal dalam pemanfaatan, pengembangan dan menggali potensi cagar budaya peninggalan kerajaan Sriwijaya agar bisa dikenal lebih luas sehingga mempunyai nilai ekonomis serta manfaatnya bisa dirasakan masyarakat sekitar," kata Erwan Suryanegara.
Sementara itu, Kepala Disbudpar PALI Novita Febrianti menyatakan bahwa dengan digelarnya seminar kebudayaan yang diikuti lebih kurang 200 peserta bisa menambah wawasan peserta terutama pelajar.
"Rangkaian penutup acara Festival Candi Bumi Ayu adalah seminar kebudayaan yang membedah hasil penelitian Candi Bumi Ayu. Harapan kami bisa menambah wawasan seluruh peserta. Juga tak kalah penting adalah makna sejarah ditemukannya bahwa daerah kita dikenal memiliki toleransi tinggi harus dijaga," harapnya.